Botak Sang
Pencuri Hati
Hari itu tanggal 14 Mei 2010 hari Sabtu
yang sangat cerah, mentari pagipun seakan tersenyum kepadaku. Burung berkicau
seakan gembira menyambutku di Surabaya. Awanpun seperti membentuk formasi yang
seakan-akan menyebar untuk menunjukkan sapaan hangat dari sang mentari. Tak
lupa aku juga menyapa sang mentari dengan sangat hangat. Semangatku mulai
memuncak dan mulai berkobar untuk menantang panasnya sang mentari. Suasana dan
gairah untuk bersemangat sangatlah tinggi, begitupun semangat tim garuda dan
Paskibra SMPN Tunas Bangsa II Malang. Tapi dalam sekejap, kemarahan pelatih
menghentikan setengah lamunanku saat itu. Membayangkan betapa hebatnya aku
berdiri di pasukan yang beradu kekompakan se-Indonesia, tetapi aku juga
membayangkan betapa lebih hebatnya saingan dari SMP lainnya. Tetapi, aku tidak
pantang menyerah sebelum mencoba. Ditempatku menginap untuk semalam ternyata
ada peserta yang menginap sudah lebih dari 1 minggu, ya SMPN 1 Jawa Tengah. Kostum mereka bagus, pasukan mereka juga sudah sangat mantab
mempersiapkan untuk lomba ini dengan sangat baik. Pasukannya cantik semua,
kecuali sang danton. Dengan kata lain satu pasukan dari SMPN 1 Jawa Tengah itu perempuan
semua.
Diperjalanan aku dengan sangat antusias
melihat sedikit pemandangan Kota Surabaya dan terasa minder karena di depan
pasukanku ada pasukan dari SMPN 1 Jawa Tengah yang kostumnya bagus itu. Setelah
masuk ke area lomba aku dan teman-temanku di bawa ke basecamp SMPN Tunas Bangsa
II. Disamping kiri basecampku, itu ada
SMPN 4 Madiun mereka mengirim dua tim untuk berlomba. Seseorang dari basecamp
sebelah mengajakku sedikit berdialog tentang sekolahku. Entah siapa namanya dia
terlihat manis dan cantik ketika tersenyum padaku. Dia sangatlah ramah,tidak
lupa salam dan menyapa untukku ketika aku memandang raut wajahnya. Setelah
beberapa menit kemudian mereka satu persatu mencoba untuk bertanya-tanya
kepadaku dan beberapa temanku. Ada seorang yang menghentikan jalan pikirku
sesaat. Aku tak melamunkan dirinya, hanya saja aku terpikirkan oleh namanya,
raut wajahnya, dan potongan rambutnya yang setengah botak kanan dan kiri.
Tatapan matanya sangatlah serius saat bertanya siapa danton pasukan dari
sekolahku. Aku tak sanggup untuk menjawab pertanyaannya, akhirnya Mila
memberikan jawaban yang dia inginkan. Satu Jalan fikiranku dengan Mila, dia
tidak terlalu jelek tapi dia juga tidak terlalu ganteng , tetapi dia enak
dipandang. Tapi dia terlalu keren dan mencuri seluruh perhatianku. Aku dan Mila
pun bertanya tanya siapakah nama pencuri perhatianku itu. Ternyata dia seorang
danton tapi entah pasukan A atau B. Ingin rasanya bibir ini bertanya dengan
salah satu pasukan yang dipimpin olehnya. Tapi tanpa ditanyakan, ada salah satu
memanggilnya dengan sebutan Bang Rakha. “Bang Rakha, sebentar lagi kita tampil!
Ayo persiapkan dengan yang terbaik”. Ujar salah satu pasukan yang dipimpinnya.
Pasukan dari SMPN 4 Madiun tim A segera mempersiapkan segala yang dibutuhkan
saat tampil lomba. Sekolahku memberikan semangat pada Rakha dan teman-temannya
yang akan tampil lomba. Setelah beberapa lama aku dan teman-temanku menunggu,
saatnya kita tampil. Walaupun ada beberapa kesalahan aku lakukan tapi aku
berusaha untuk menampilkan yang terbaik. Aku dan teman-temanku sudah terlalu
pesimis. Entah apa yang aku bawa nanti saat pulang, piala apapun kami terima.
Aku masih teringat Mila tidak sengaja untuk memfoto basecamp kami, tapi Mila
iseng untuk memfoto Rakha. Dan itu ada flash
kameranya, oh Tuhan itu sangat memalukan. Mila langsung memberikan
kameranya kepadaku. Tidak secara langsung itu dia mengira bahwa yang
menyuruhnya untuk memfoto Rakha.
Jam 4 Pengumuman itu dibacakan, akhirnya
kita membawa pulang Juara Utama 3. “Alhamdulilah ya, kita bawa pulang Juara
Utama 3” Ujar pelatihku. Kereta yang mengantarku pulang bersama teman-teman
masih datang jam 7. Aku dan teman-teman menghabiskan waktu dengan berfoto untuk
dijadikan kenang-kenangan suatu saat nanti. Di selang waktu, aku mencari-cari
Fitri karna dia yang sering berbicara dengan Rakha, siapa tau dia punya nomer
atau apalah tentang Rakha. Aku dan Mila gelisah karena masih membayangkan raut
wajahnya. Aku sudah banyak bercerita tentang Rakha pada Fitri. “Kamu sih tadi
gak minta nomernya ke dia, kalo aku tau sih aku bisa mintain ke Rakha” ujar
Fitri. Dan akhirnya aku dan Mila putus asa untuk mendapatkan sosial media atau
nomer handphone nya. Di kereta aku
dan Mila masih memandangi Foto yang Mila Jepret tadi, walaupun pada waktu itu
dia tidak siap untuk difoto dan hasilnya lumayan... ya lumayan
jelek.Berhari-hari kemudian, keisenganku tidak berhenti begitu saja. Akhirnya
aku mendapatkan nomernya iya, bukan si Rakha tapi temannya Rakha, Vera namanya.
Ramah anaknya dan dia begitu sabar untuk menjawab pertanyaanku yang begitu
keponya tentang Rakha. Vera bilang dia adalah teman sekelasnya Rakha, ya Tuhan!
Aku gak percaya. Masak sih, Aku mimpi atau bagaimana? Vera bilang kalau ada
yang mengidolakannya pada Rakha.
Akhirnya! Aku sudah punya pin BBM nya Rakha! Aku tidak menyangkanya, dia lebih
ramah di chat. Usaha yang selama ini
akhirnya tidak sia-sia. Hari demi hari Chat
kita bertambah lebih menyenangkan.Tapi di selang waktu, status bbmnya “aku udah nunggu kamu
selama ini, tapi kamu udah punya orang lain yang lebih spesial”. Aku
bertanya ada apa dengan statusnya. Rakha akhirnya curhat, dia menunggu
seseorang yang sudah di dapatkannya pada 8 bulan lalu. Rakha yang memutuskan
untuk berpisah dengan Raisa, tapi Rakha sendiri yang menjilat kembali air ludahnya
itu. Dia mengejar kembali Raisa dengan penuh harapan agar Raisa memaafkan
dirinya. Segala perkataan yang dia ucapkan di Chat itu membuat aku lebih mengundurkan diri karna aku tidak berani
bilang jika Rakha sudah membuat hatiku luluh karenanya. Hari-hari dia curhat
tentang Raisa padaku. Mungkin aku sudah dianggap sahabatnya ketimbang orang
istimewa di hatinya. Tapi disisi lain luka ini tetap abadi sakit Lama kelamaan
aku sudah tidak terlalu mengharapkan si Botak yang mencuri hatiku itu. Aku juga
sudah biasa saja jika kita saling membalas chat
BBM, tidak seperti dulu lagi yang biasanya aku kegirangan ketika dia
membalas Chat BBMku. Sudah biasa
melihat dia yang gonta ganti gambar BBM yaitu Foto seseorang yang dianggapnya
spesial.
Memang sakit jika seseorang
yang kita sayangi tapi menyayangi orang lain seperti layaknya badai yang tak
kunjung reda dan entah kapan redanya dan hanya ingin ada pelangi setelah badai
itu berlalu.Tangisanku tak membuat Rakha menyayangiku dan tidak membuat
hubungan ini lebih dekat, tapi memang begitulah hukum alam. Laraku memanggil
satu nama yang indah yaitu Rakha. Memang kita tak mempunyai status yang
tertuliskan, tapi aku ingin bisa selalu bisa memahamimu dan selalu bisa di
dekatmu saat dirimu terjatuh karena Raisa. Sudah terlarut-larut aku memikirkan
Rakha yang hanya membuang waktuku yang berharga untuk memikirkan seseorang yang
belum tentu juga memikirkan aku seperti halnya aku.Hingga akhirnya aku sudah
memutuskan untuk berhenti memikirkan dirinya. Berhenti untuk terlalu mendalami
hatinya. Berhenti untuk terlalu menjelajahi dunia fantasinya yang terlalu tidak
masuk akal untuk aku fikir sebagai teman biasa. Bagiku, aku hanya sedikit mimpi
untuk mendapatkan hati seseorang yang sespesial itu. Rakha itu layak bintang yang percuma untuk kau raih tapi kau hanya
mendapatkan kesedihan untuk meraihnya. Bagiku Rakha hanyalah sebuah mimpi yang
terlalu khayal untuk diraih tapi... ada kelanjutan tersendiri dihubungan kita
yang sedikit indah itu. J
Komentar
Posting Komentar